Saturday, August 17, 2013

Makna Kemerdekaan Bagiku

Sudah 68 tahun Indonesia merdeka, tapi saya merasa ini bukan kemerdekaan sebenarnya. Indonesia tidak benar-benar merdeka dalam membangun perekonomian yang mandiri, ketegasan yang mandiri, kebijakan yang mandiri dan kesatuan yang mandiri. Saya cukup geram dengan berbagai kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat dalam negeri, apalagi didominasi oleh partai demokr*t, memang sebenarnya demokr*t tidak bersalah, tapi jajaran oknum yang ada di tubuh Demokrat membuat nama Demokrat tercoreng.

50 tahun yang lalu Bung Karno dengan tegas mengatakan pada investor yang berniat membantu Indonesia dengan ucapan "Go to hell with your aid!!!" (persetan dengan bantuanmu!!). Setelah Bung Karno tidak ada lagi, presiden Soeharto hingga presiden saat ini dengan mudahnya menerima bantuan asing bahkan dengan persyaratan yang mencekik Indonesia. Kita bisa dibayangkan saat ini hutang Indonesia karena menerima bantuan asing hampir mencapai 2000 triliun dengan bunga yang mencekik tiap tahunnya.

Apakah Indonesia terlalu bodoh sehingga tidak bisa mengelola kekayaan alamnya sendiri? 
Apakah tak ada rakyat Indonesia yang bisa mengelola kekayaan Alam Indonesia sehingga harus menyerahkannya kepada asing?

Sungguh suatu ironi dan kebodohan yang terjadi di depan kita dan hal tersebut dipertontonkan di muka publik. Sebagai rakyat Indonesia, hati saya teriris. Sangat teriris terlebih dengan pejabat yang mau saja disuap oleh perusahaan asing yang tetap dan masih beroperasi di Indonesia. Dimana otak kalian?!!!!
Menjual bangsa sendiri demi kepentingan asing. Sama halnya kalian membunuh rakyat Indonesia secara perlahan. Kita bisa lihat apa yang terjadi di Freeport sungguh gila dan Pemerintah masih bisa tersenyum bahkan tertawa dengan kebodohan yang diperlihatkan di mata publik. Sungguh tidak masuk akal, bagi hasil untuk Indonesia hanya 1%. Gila ga tuh?

Terang saja saya katakan, lagi lagi keterkaitan partai penguasa terhadap kasus penyuapan yang terjadi baru-baru ini. Inikah Indonesia? Mau jadi apa bangsa kita jika kita dipimpin oleh orang-orang seperti ini. Saya teringat dengan salah satu tulisan cendikiawan Riau yaitu Tabrani Rab. Beliau mengatakan dalam sebuah artikel bahwa jika seekor ikan mati, yang pertama kali busuk dan berulat adalah kepalanya dan baru nanti kemudian diikuti oleh bagian tubuhnya. Beliau kemudian menjelaskan bahwa suatu negara atau pemerintahan itu tergantung dari pada kepala atau piminannya. Jika pimpinannya rusak, maka rusaklah bawahannya dan rusak jugalah negara tersebut.

Saya merasa otak kita memang telah dicuci dengan keadaan dan kelemahan yang kita miliki. Saya sempat bertanya kepada salah seorang yang berkerja di Chevron Riau tentang perusahaan Chevron itu sendiri. Dia mengatakan dengan tegas bahwa "Mana bisa orang Riau mengelola minyak!!!". "Ngapain juga anak UNRI itu demo depan Chevron kayak ga ada kerjaan aja". Sepintas saya setuju, tapi ada beberapa hal yang harus digaris bawahi. Jika bandingan pengelolaan minyak adalah Amerika, tentu Riau kalah jauh, apalagi jika berbicara masalah tegnologi dan jumlah produksi yang bisa dihasilkan. Tetapi yang saya ingin tekankan disini adalah masalah ketransparansian pembagian hasil minyak Riau. Dalam koran harian Riau Pos yang saya baca tahun lalu disebutkan "Rakyat Riau Tidak Tahu Berapa Penghasilan Minyak Riau". Lho kok? Ini memang benar-benar hal yang aneh, sehingga tidak heran jika muncul gerakan Riau Merdeka yang dulu pernah dipelopori oleh Tabrani Rab. Haruskah kita hanya diam saja terhadap pembodohan yang terjadi di depan mata kita dan membiarkan mereka mengelola semua kekayaan Indonesia. Bahkan untuk garam saja, kita juga masih impor dari Singapur. What the..!!! Apakah kekayaan laut Indonesia belum cukup untuk memenuhi kebutuhan garam Indonesia?

Dalam acara metro tv baru baru ini, salah seorang nara sumber menyebutkan bahwa alat ukur dari kemerdekaan adalah kesejahteraan. Kita boleh merdeka secara fisik, tapi secara batin Indonesia masih terjajah dalam berbagai aspek ekonomi, sosial, dan bahkan politik. Bisa kita lihat contohnya ketika Presiden Iran meminta bantuan kepada Indonesia untuk memberikan lampu hijau berkaitan dengan nuklir untuk negaranya. Jelas tampak ketika itu Presiden kita menyambut baik niat Iran karena bertujuan untuk damai, tapi hanya berselang beberapa waktu keputusan Indonesia berubah malah mendukung Amerika yang  dulu menyerang Iraq dengan alasan keberadaan senjata pemusnah masal dan sampai hari ini tidak terbukti. Jutaan nyawa telah melayang karena perang dan sampai hari ini Amerika masih memproduksi berbagai macam senjata dan mengklaim dirinya sebagai Polisi Dunia. Kejamnya dunia...

Maka oleh karena itu saya menghimbau bagi kita generasi muda sebagai agen perubahan (Agent of Change), saatnya kita merobah ketidak adilan ini. Sebagai pemuda, kita memilki peran penting bagai negara kita. Adanya persatuan bangsa, tanah air dan bahasa diciptakan oleh pemuda melalui sumpah pemuda, terjadinya proklamasi pada tanggal 17 Agustus setelah peristiwa rengas dengklok dilakukan oleh pemuda, pemberhentian rezim Suharto yang berkuasa selama 32 tahun dilakukan oleh pemuda. Ini merupakan catatan penting bagi kita untuk memupuk semangat generasi muda untuk merubah bangsa kita kearah yang lebih baik. Pemuda!!! Jadilah Pelopor bukan Pengekor!!!

Merdeka !!!
Merdeka !!!


Semoga artikel saya ini memberi manfaat yang baik bagi saya selaku Admin blog ini dan juga bagi pembaca, agar semangat juang pemuda semakin, selalu dan akan terus berkorbar untuk Indonesia yang lebih baik. Wasallam :)

Sumber:
http://forum.detik.com/freeport-kita-dapat-berapa-t206755.html

1 comment :

Jangan lupa komentarnya yaaah ;D
Bisa juga comment as Anonymous(Tanpa nama), jika tidak ada akun atau blog. Bisa juga mengomentari dengan Akun Facebook di kolom paling bawah :)

Your Comment (Facebook or Yahoo)